Kecerdasan buatan (AI) diartikan secara luas sebagai cabang dari
ilmu komputer yang berhubungan dengan pengembangan komputer (perangkat keras)
dan program – program komputer (perangkat lunak) yang mampu meniru fungsi
kognisi manusia.
Jenis komputer yang paling umum
digunakan terpola berdasarkan rancangan ahli matematika Hungaria, John Von
Neumann pada tahun 1958 yang bermigrasi ke Amerika Serikat pada tahun 1930.
Pada masa awal teknologi komputer, bahkan ilmuwan AI (dan para penulis fiksi
ilmu pengetahuan) memiliki impian luar biasa tentang robot dan mesin berpikir.
Sebuah tulisan yang sangat berpengaruh ditulis pada awal 1940-an oleh seorang
psikiater asal Chicago, W.S. McCulloch serta mahasiswanya, W. Pitts. Dalam
tulisan tersebut, mereka mengenalkan sebuah konsep yang memiliki pengaruh
sangat besar bagi para ilmuwan komputer termasuk Von Neumann dan juga para PDP.
Berdasarkan konsep bahwa pikiran adalah hasil kerja otak, terutama bagian dasar
otak atau simpul – simpul saraf. Mereka beranggapan bahwa simpul – simpul saraf
tersebut bisa dipandang sebagai ‘peralatan logika’ yang beberapa simpul serta
hubungannya bisa dipandang sebagai logika yang profesional. Simpul – simpul
saraf berkomunikasi satu sama lain secara elektrokimiawi. Sebuah simpul
elektronik yang sangat kecil mengalir lewat impuls neuron sel menuju ke sinaps
sementara impuls neuron kimiawi mengalir lewat impuls neuron yang lainnya.
Proses transmisi neuron telah tertata rapi, lontaran neuron hanya terjadi jika
sudah mencapai ambang batas. Semua neuron memiliki ambang batas. Lontaran
neuron hanya terjadi ketika arusnya positif, sementara arus negatif akan
menghambat lontarannya, dan begitupun seterusnya. Yang paling penting adalah
bahwa setiap neuron mampu mengumpulkan semua sinyal rangsangan dan hambatan
dari ribuan koneksinya. Lontaran sebuah neuron tergantung pada ambang batasnya
yang akan menentukan hidup matinya. Neuron jenis ini disebut ‘neuron McCulloch
– Pitts’.
Tidak lama setelah penemuan McCulloch
dan Pitts, Von Neumann melihat hubungan antara sikap logis neuron ketika
berinteraksi dengan kinerja komputer digital. Von Neumann yang sudah
mengembangkan rancangan komputer paling bermanfaat menyatakan bahwa sangatlah
mungkin untuk merancang komputer yang meniru otak manusia, tidak hanya fungsinya
tetapi juga strukturnya, dimana tabung vakum, relay, rangkaian kawat dan
perangkat keras akan menggantikan neuron, akson dan sinapsis. Mengikuti jejak
Von Neumann, F. Rosenblatt mengambil alih proyek perakitan komputer yang meniru
fungsi dan struktur otak manusia. Tujuan utamanya adalah menciptakan komputer
yang mampu mengenali bentuk. Hsilnya disebut perseptron dan dia berhasil meniru
struktur organisasi otak dengan sukses.
Semua orang yang merangkai model proses
distribusi paralel seperti neuron, telah bekerja keras untuk mencoba menemukan
solusi atas pertanyaan tentang otak sebagai mesin berpikir. Mungkin AI akan
berperan lebih jauh jika komputer lebih menyerupai otak. Ada beberapa area dari
psikologi kognitif yang sudah menjadi subjek argumentasi yang lebih panas
ketimbang perdebatan atas mesin yang mampu menstimulasi pikiran manusia. Di
salah satu sisi perdebatan tersebut adalah orang – orang yang fanatik terhadap
AI yang percaya bahwa tidak hanya mesin yang mampu meniru kognisi manusia
secara persis, tetapi juga bahwa proses intelektual tingkat tinggi mampu
ditampilkan hanya oleh sebuah mesin. Tambahan yang logis atas pendapat ini
adalah bahwa komputer harus di sertai secara langsung dalam pengambilan
keputusan manusia setiap harinya.
Di sisi lain terdapat orang – orang yang
menganggap AI sebagai konsep intektual yang korup dan meyakini bahwa orang yang
yakin atas keberadaan mesin berfikir adalah pemuja yang materialistis. Pikiran
manusia adalah murni proses manusia, yang bahkan jika di sintesis oleh mesin
secara terpisah, tidak akan mampu di duplikasi oleh program – program AI.
Antusiasme para pemain awal AI langsung
menanggapi tantangan yang muncul dari Tes Turing dan kemudian menuliaskan
program yang di rancang untuk menanggapi permintaan bahasa yang tidak bisa di
pisahkan dari respons manusia. Dengan menampilkan perspektif dari pandangan
yang tersembunyi, sekareng beberapa program ini menjadi tampak sedikit aneh,
tetapi ilmu pengetahuan memang seringkali berkembang seperti itu.
ELIZA
Salah satu program komputer pertama yang
mampu berkomunikasi ini ditulis oleh Joseph Weizenbaum (1966). Beberapa revisi
atas ELIZA telah di buat dari konsep aslinya. Pada satu program yang spesifik,
bernama DOCTOR, ELIZA mengambil peran seperti seorang psikiater.
PARRY
Colby, Hilf, Weber dan Kraemer (1972)
menstimulasi seorang pasien dan menyebut program ini PARRY, karena ia
menstimulasi seorang pasien paranoid. Mereka memilih seorang paranoid sebagai
subjek karena beberapa teori menyebutkan bahwa proses dan sistem paranoia
memang ada, perbedaan respons psikotis dan respons normalnya cukup hebat dan
mereka bisa menggunakan penilaian dari seorang ahli untuk mengecek keakuratan
dan kemampuan pemisahan antara respons simulasi komputer dan respons manusia.
Colby dan para rekan – rekan penelitinya mengarahkan komputer tersebut
untuk melakukan Tes Turing, dengan
meminta sekelompok psikiater untuk mewawancarai PARRY menggunakan pesan yang
disampaikan dalam bentuk ketikan. Para juri (psikiater) diminta untuk mengukur
kadar paranoia dari keseluruhan respons.
NETTalk
Program ini cukup berbeda jenisnya berdasarkan
pada jarring – jarring neuron. Program ini di kembangkan oleh sejnowski di
sekolah medis Harvard dan Rosenberg di Universitas Princeton. Dalam program
ini, NETTalk membaca tulisan dan mengucapkannya keras – keras. Model simulasi
jaring neuron terdiri atas beberapa ratus unit (neuron) dan ribuan koneksi.
NETTalk ‘membaca keras – keras’ dengan cara mengkonversi tulisan menjadi fonem
– fonem, unit dasar dari suara sebuah bahasa.
Dalam keberadaan awal perkembangannya,
AI terlihat memiliki aplikasi jangka dekat yang menjanjikan, salah satunya expert system. Expert system adalah
program komputer yang menggunakan penalaran simbolis khusus untuk memecahkan masalah
yang sulit dengan baik. Teknik expert
system dapat digunakan untuk menyimpan (memelihara) dan menyebarkan
keahlian langka (sulit didapatkan) dengan mengkode pengalaman yang relevan dari
seorang ahli (pakar) dan membuat keahlian ini bisa digunakan sebagai sumber
untuk orang yang pengalamannya kurang. Expert
system juga dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang menghalangi
(menjadi kendala) pemrograman tradisional.
Dan salah satu ciri yang paling penting
yang membedakan expert system dengan
aplikasi komputer tradisional adalah dalam hal penggunaan penalaran heuristic
yaitu metode pemecahan masalah. Aplikasi tradisional menerapkan algoritma,
yaitu aturan presisi yang jika di ikuti akan mengarahkan kita pada kesimpulan
yang benar. Sebagai contoh, jumlah cek penggajian untuk seorang pekerja di
kalkulasi menurut set aturan yang presisi. Lain halnya dengan expert system, aplikasi ini seringkali
mengurusi masalah yang terlalu kompleks untuk dipecahkan secara sempurna. Untuk
melakukan hal ini, expert system menggunakan
teknik heuristic yang bisa memberikan jawaban (pemecahan) yang baik namun tidak
selalu yang optimal. Program heuristic selalu mencari alternatif dengan
menggunakan ‘rules of thumb’
(petunjuk praktis) daripada menggunakan teknik pemecahan. Suatu program bisa
mempertimbangkan berbagai jenis formasi geologis sebelum memutuskan jenis mana
yang paling bisa menjelaskan data yang diamati dalam kasus tertentu.
Kecerdasan buatan (AI) biasanya
berkaitan erat dengan bidang ilmu neurologi dan ilmu psikologi, khususnya
psikologi kognitif. Bisa saja ilmu neurologi digabungkan dengan ilmu AI, atau
psikologi kognitif diterapkan dalam ilmu neurologi maupun AI. Baik itu AI,
psikologi kognitif dan ilmu neurologi telah membentuk dasar dari ilmu kognitif.
AI dan psikologi kognitif memiliki
semacam hubungan simbiosis, dimana masing – masing bagian mendapat keuntungan
dari peningkatan bagian lainnya. Peningkatan pada cara – cara untuk meniru
secara persis persepsi manusia, ingatan, bahasa dan pikiran, tergantung pada
pengertian bahwa proses ini dicapai oleh manusia. Perkembangan AI meningkatkan
pentingnya memahami kognisi manusia.
Sumber :
Solso, R. L., Maclin, O. H., & Maclin, M. K. (2007). Psikologi
kognitif (edisi kedelapan). Jakarta: Erlangga.