“Bila aku memiliki kesempatan hidup sekali lagi, aku akan menyusun
jadwal untuk…
Mendengarkan musik paling tidak sekali setiap minggu, agar bagian dari
otakku yang mengalami antrophia dapat selalu diaktifkan.”
- Charles Darwin –
Setuju dengan statement di atas?
Mungkin bagi saya pribadi, mendengarkan musik sekali dalam tiap minggu saja tidak cukup.
Tidak cukup karena musik sudah merupakan satu-satunya teman di saat sepi
maupun rasa suntuk di waktu senggang.
Tapi
bagaimana arti musik menurut anda?
Meningkatkan
semangat kerja? Menumbuhkan kreatifitas? Atau sebagai sarana terapi?
Yang terakhir disebutkan tadi
mungkin asing bagi orang kebanyakan. Namun apakah Anda tahu bahwa hal tersebut sebenarnya
dipelajari di dalam Psikologi Musik?
Ya !
Saya sendiri awalnya tidak mengetahui bila bidang psikologi memaparkan musik
secara khusus. Untuk itu saya akan mengenalkannya kepada Anda tentang
Psikologi Musik itu :)
Pada hakekatnya, musik adalah
produk pikiran. Maka, elemen vibrasi (fisika dan kosmos) dalam bentuk
frekuensi, amplitude dan durasi belum menjadi musik bagi manusia sampai semua
itu di transformasikan secara neurologis dan di interpretasikan melalui otak
menjadi: pitch (nada-harmoni), timbre (warna suara), dinamika (keras-lembut)
dan tempo (cepat-lambat). Transformasi ke dalam musik dan respon manusia
(perilaku) adalah unik untuk di kenali (kognisi) karena otak besar manusia
berkembang dengan amat pesat sebagai akibat dari pengalaman musical sebelumnya.
Kemudian,
psikologi sebagai ilmu tentang pikiran dan perilaku akan menjadi suatu
pengetahuan dasar yang dibutuhkan untuk mengetahui bagaimana persisnya kinerja
sensori menghasilkan peningkatan perkembangan otak serta memperkaya hidup
manusia. Sementara pengetahuan kognisi berkewajiban memastikan hubungan semua
jaringan saraf sensori (indera), motorik, koneksi antar saraf dan saraf otak
layaknya sebuah computer raksasa. Di dalamnya termasuk pembahasan aspek belajar
yang meliputi pemahaman dan efisiensi komunikasi dari fungsi saraf. Seorang
psikolog musik kemudian harus bertanggung jawab dan berinisiatif pada pekerjaan
yang terintegral, yaitu psikolog musik harus bermain dalam ruang lingkup
interdisiplin bahkan multidisiplin dalam upaya menemukan jawaban atas
pertanyaan tentang pengaruh dan respon. Untuk itu dibutuhkan penggabungan seni
dan pengetahuan musik, mengasimilasi dan memberi informasi dari kesatuan
tersebut, serta bertanggung jawab untuk diseminasi hasil penggabungan itu ke
dalam praktik pendidikan, kurikulum dan praktik klinis, penelitian dan
model-model teoretis lainnya.
Dalam
pemahaman sehari-hari, musik seringkali dikaitkan dengan perasaan. Di satu
sisi, musik dianggap sebagai sarana untuk mengungkapkan perasaan, dan di sisi
lain musik dianggap dapat menggugah perasaan pendengarnya. Karena kedekatannya
dengan kehidupan manusia, maka kajian tentang musik hampir selalu terkait
dengan kajian tentang perilaku manusia (Sloboda & O’Neill, 2001). Mereka
yang berkecimpung dengan dunia music mengakui bahwa komposisi musik tidak
mungkin di pisahkan dari gejolak perasaan penciptanya, sementara bagi mereka
yang menyukai musik, setiap rangkaian melodi, irama, timbre dan dinamika sangat
mungkin menimbulkan perasaan tertentu yang berbeda-beda.
Kedekatan
musik dengan perasaan manusia ini ternyata justru menyebabkan kajian di bidang musik
dan emosi tidak dirasakan sebagai suatu hal yang mendesak. Jika penelitian di
bidang musik dan tumbuh kembang anak segara merebut pasaran, begitu pula kajian
ilmiah di bidang musik dan kognisi, tetapi tidak demikian dengan kajian musik dan
emosi!
Dari sejarah perkembangan musik terlihat
bahwa di masa lalu musik terkait dengan dua fungsi pokok, yaitu sebagai sarana nemesis (Yunani: transformasi dan imitasi dari luar ke dalam diri manusia) dan juga katarsis yang mengandung arti pemurnian jiwa melalui pengalaman emosional.
Jadi fungsi musik itu adalah
untuk merefleksikan emosi melalui kata-kata.
Selain
itu musik juga disejajarkan dengan disiplin dasar lainnya yang penting intuk
dihadirkan di dalam pendidikan. Semua itu karena alasan-alasan berikut :
- Musik dapat membuat seseorang merasa lebih hidup.
- Musik mengkombinasikan perilaku dan keterampilan berpikir lainnya.
- Musik member jalan bagi imaji dan kreasi, mengkontribusikan ekspresi diri dan kreatifitas.
- Musik memperkaya kehidupan, sebagai cara untuk memahami warisan budaya.
- Musik meningkatkan sensitivitas.
- Musik mengembangkan persepsi kognisi dan motorik.
- Musik merangsang kreatifitas sekaligus individualitas.
- Musik meningkatkan rasa harga diri.
- Musik mengembangkan intelegansi.
Dan satu lagi, musik sebagai
jalan keluar terapi manusia !
Pada prinsipnya, terapi musik adalah
tipe terapi non-verbal yang berbeda dengan terapi konvensional (konseling)
lainnya dimana klien diminta mengutarakan perasaan dan menceritakan pengalaman
hidupnya. Musik memberikan alternative bagi terapi konvensional dan mencukupi
klien dengan beberapa keunggulan seperti :
- Berpikir dan merasakan secara langsung.
- Memiliki kesempatan mengisi perasaan untuk beberapa periode sehingga bisa dieksplorasi, diuji dan diolah lewat kerjasama dengan terapis.
- Mengkondisikan ekspresi pikiran dan perasaan secara non-verbal yang belum pernah dirasakan klien karena terbiasa berekspresi secara verbal.
Ada
banyak sekali ulasan mengenai musik. Di dalam konteks bidang psikologi sendiri
menjelaskan segala aspek hubungan antara musik dengan emosi seperti yang sudah
saya paparkan diatas, kemudian juga musik dengan kognisi, musik dengan
intelegensi maupun musik dengan pendidikan. Untuk lebih lengkapnya mengenai psikologi
musik, Anda bisa jelajahi langsung melalui buku yang saya jadikan sumber tulisan ini…
Djohan. 2009. "Psikologi Musik (Cetakan ke III: Edisi Revisi)". Yogyakarta: Best Publisher.
Semoga bermanfaat !! :)
musik juga bisa jadi sarana penghibur klo kita lagi bosen.
BalasHapusbagus...bagus...penting juga ya peranan musik dalam psikologi. hehe
nambah lagi deh pengetahuan gara-gara tulisan ini.. woooh.. terimakasih ilmunya.. :)
BalasHapusMusik juga merupakan alat pemersatu bangsa, Indonesia Raya di era kolonial menjadi cambuk bagi para pejuang kita, dan 9 Maret hari kelahiran Komposer WR.Supratman di jadikan hari musik nasional, bertujuan agar masyarakat bisa merefleksikan musik untuk tidak sekedar menemani masa-masa galau. tetapi diharapkan bisa mengingat kembali betapa penuh perjuangannya kehidupan di masa-masa pra merdeka.
BalasHapusinfonya menarik, thx.
like this leviii...
BalasHapusi like music, music is my life. ;)
selain menghibur hati musik banyak manfaatnya lagi. makasih levi atas informasinya
BalasHapusciiyeee...
BalasHapusehm, ehm ehm...
yang suka nyanyi deh yah ;)
infonya menarik sekalii :D
BalasHapusartikel menarik..buku nya masih ada g ya? :)
BalasHapusinfo donk mbk bukunya.. lagi cari ini
BalasHapus