Jika
kita perhatikan orang-orang dalam kehidupan sehari-hari, maka banyak hal yang
kita lihat. Ada orang yg terlihat gembira, bahagia, dapat bergaul dengan sesama
atau dengan anggota-anggota keluarganya walaupun ia menghadapi bermacam-macam
kesulitan. Namun sebaliknya, ada juga orang-orang yang sering terlihat mengeluh
dan mengalami banyak masalah hidup seperti gelisah, kecemasan kronis dan tidak
dapat bergaul baik dengan sesama.
Dan mungkin dari sintom-sintom yang berbeda itulah
menyebabkan para psikolog dunia berusaha menyelidiki apakah yang menyebabkan
tingkah laku berbeda-beda walaupun orang-orang berada di dalam posisi yang
sama. Usaha ini merupakan wewenang dari salah satu cabang termuda psikologi,
yaitu ilmu kesehatan mental (psikologi
kesehatan mental). Dan sebelum lebih jauh lagi, ada baiknya kita mengetahui
dulu apa sebenarnya makna dari ‘sehat’ itu sendiri…
Sehat dalam definisi WHO (1957) adalah suatu
keadaan sejahtera sempurna dari fisik, mental dan sosial yang tidak hanya
terbatas pada terbebas dari penyakit dan kelemahan.
Konsep sehat ini belum mengakomodasikan dimensi produktifitas dari kelompok
umur yang berbeda seperti balita, remaja, dewasa dan usia lanjut. Dalam Ottawa Charter tahun 1986, disebutkan
bahwa sehat itu bukanlah
tujuan hidup, melainkan alat untuk dapat hidup produktif!
Dalam
arti, bisa dikatakan konsep sehat adalah.. Konsep yang timbul dari diri kita
sendiri secara sadar mengenai berbagai upaya untuk mendapatkan status sehat bagi
tubuh kita.
Jadi, pemahaman konsep
sehat ini juga dapat diartikan sebagai keseimbangan, keserasian, keharmonisan
antara faktor pikiran (akal), jiwa (spiritual/mental) dan raga (fisik). Konsep
sehat inilah yang akan menuntun kita pada pola atau tata laku sehari-hari yang
sehat. Sehat disini memiliki 3 dimensi
sesuai dengan definisi WHO (1984),
yaitu sehat dalam arti
fikiran, emosional dan spiritual !
• Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir
atau jalan pikiran.
• Emosional sehat tercermin dari kemampuan
seseorang untuk mengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira,
kuatir, sedih dan sebagainya.
• Spiritual sehat tercermin dari cara
seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya
terhadap sesuatu di luar alam fana ini, yakni Tuhan Yang Maha Kuasa. Misalnya
sehat spiritual dapat dilihat dari praktik keagamaan seseorang. Dengan
perkataan lain, sehat spiritual adalah keadaan dimana seseorang menjalankan
ibadah dan semua aturan-aturan agama yang dianutnya.
Baiklah,
kembali lagi pada kesehatan mental. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ilmu kesehatan mental adalah.. ilmu yang memperhatikan perawatan mental dan jiwa. Sama
seperti ilmu pengetahuan yang lain, ilmu kesehatan mental mempunyai objek
khusus untuk diteliti dan objek tersebut adalah manusia. Manusia dalam ilmu ini
diteliti dari titik tolak keadaan atau kondisi mentalnya. Ilmu kesehatan mental merupakan terjemahan
dari istilah mental hygiene !
Mental (Latin: mens, mentis) berarti JIWA, NYAWA, SUKMA, ROH, SEMANGAT. Sedangkan Hygiene (Yunani: hugiene) berarti ILMU TENTANG KESEHATAN.
Jadi, ilmu kesehatan mental adalah ilmu yang membicarakan kehidupan
mental manusia dengan memandang manusia sebagai totalitas psikofisik yang
kompleks.
Ilmu kesehatan
mental ini sebenarnya sudah terkaji jelas dalam bidang psikologi abnormalitas.
Mungkin hari
esok lain lagi ceritanya karena ilmu pengetahuan mungkin akhirnya akan
menguasai persoalan-persoalan mental. Sesuatu yang paling sulit dari semua
bidang untuk diteliti. Sebelum hari esok dan selagi hari ini masih berlangsung,
marilah kita memperhatikan masa lampau mental manusia serta gangguannya.
Retropeksi akan memberikan kita perspektif dan kerangka untuk memahami apa yang
dihadapi sekarang dan kemungkinan-kemungkinan masa depan.
Hanya perlu diketahui di sini bahwa sejarah yang tercatat
melaporkan berbagai macam interpretasi mengenai penyakit mental dan cara-cara
menguranginya atau menghilangkannya. Pada umumnya hal tersebut mencerminkan
tingkat pengetahuan dan kecenderungan-kecenderungan religious, filosofis dan
keyakinan-keyakinan serta kebiasaan-kebiasaan masyarakat jaman itu.
JAMAN PRASEJARAH…
Manusia purba sering
mengalami gangguan-gangguan baik mental maupun fisik seperti infeksi, arthritis,
penyakit pernapasan dan usus, serta arteriosklerosis (penyempitan pembuluh
darah). Tetapi, manusia purba benar-benar berusaha mengatasi penyakit mental. Ia
memandang dan merawatnya sama seperti halnya dengan penyakit fisik lainnya.
Baginya gigi yang sakit dan seorang yang gila (yang berbicara tidak karuan)
disebabkan oleh penyebab yang sama, yakni roh-roh jahat, halilintar atau
mantera-mantera musuh. Jadi, untuk penyakit baik mental maupun fisik digunakan
perawatan-perawatan seperti menggosok, menjilat, menhisap, memotong dan
membalut. Atau juga menggunakan mantera, obat keras dan sihir atau cara-cara
lain yang mungkin terpikirkan oleh kawan-kawannya, pemimpin-pemimpinnya atau ia
sendiri. Tetapi sungguh menggembirakan karena para pasien sakit mentak
diperlakukan secara manusiawi. Mereka tidak dibuang oleh masyarakat, dikurung
dalam gua-gua, atau ditertawakan, dipukuli, atau juga dibunuh. Betapapun nenek
moyang kita liat dan pengetahuannya kurang, namun dalam menangani penyakit
mental mereka memakai cara-cara yang tidak kelihatan lagi pada masa-masa
kemudian. Dalam perkembangan selanjutnya pada waktu sejarah mulai tercatat,
walaupun ada beberapa pengecualian, peradaban-peradaban manusia ditandai dengan
penganiayaan terhadap para pasien sakit mental, diperlakukan dengan kasar dan
kejam serta mereka dipandang sebagai pengganggu masyarakat. Lagi pula, dewasa
ini terkadang orang memperlakukan para pasien sakit mental tanpa belas kasihan
dibandingkan dengan orang-orang jaman purba.
PERADABAN AWAL…
Dalam semua peradaban
awal yang kita kenal Mesopotamia, Mesir, Yahudi, India, Cina dan Benua Amerika,
imam-imam dan tukang-tukang sihir merawat orang-orang yang sakit mental. Di
antara semua peradaban tersebut sepanjang jaman kuno (5000 SM sampai 500 M),
penyakit mental mulai menjadi hal yang umum. Bersama dengan
penderitaan-penderitaan lain, kekalutan-kekalutan mental menjadi kawan seperjalanan
yang setia bagi manusia pada waktu ia bergerak menuju kehidupan yang
terorganisasi.
Dari seiring sejarah yang dilalui tersebut, maka
berkembang pula beragam teori mengenai perkembangan kepribadian yang sehat dari
beberapa penelitian perkembangan manusia yang merupakan objek utama dari
kesehatan mental itu sendiri.
Teori perkembangan
kepribadian yang paling banyak diterima adalah teori yang dikembangkan oleh Erikson (1963).
Meskipun
dibuat berdasarkan teori Freud, teorinya dikenal sebagai perkembangan psikososial dan menekankan pada
kepribadian yang sehat, bertentangan dengan pendekatan patologik.
Dalam teorinya, Erikson
juga menggunakan konsep-konsep biologis tentang periode kritis dan epigenesis,
menjelaskan konflik atau masalah inti yang harus dikuasai individu selama
periode kritis dalam perkembangan kepribadian. Keberhasilan pencapaian atau
penguasaan terhadap setiap \konflik inti ini terbentuk berdasarkan keberhasilan
pencapaian atau penguasaan inti sebelumnya.
Freud
pun memiliki teori mengenai hal ini. Kepribadian yang sehat menurut Freud
adalah jika individu bergerak menurut pola perkembangan yang ilmiah dan hasil
dari belajar dalam mengatasi tekanan dan kecemasan. Kesehatan mental yang baik menurutnya
adalah hasil dari keseimbangan antara kinerja super ego terhadap id dan ego.
Ø Id..
yaitu aspek biologis adalah struktur paling mendasar dari kepribadian,
seluruhnya tidak disadari dan bekerja menurut prinsip kesenangan, tujuannya
pemenuhan kepuasan yang segera. Id berisikan hal hal dibawa sejak lahir,
termasuk instink. Pedoman dalam berfungsinya das es ialah menghindarkan diri
dari ketidak enakan dan mengejar keenakan (prinsip kenikmatan / prinsip
keenakan).
Ø Ego..
yaitu aspek psikologis. Berkembang dari id, struktur kepribadian yang
mengontrol kesadaran dan mengambil keputusan atas perilaku manusia. Superego
berkembang dari ego saat manusia mengerti nilai baik buruk dan moral.
Ø Superego..
yaitu aspek sosiologis. Merefleksikan nilai-nilai sosial dan menyadarkan
individu atas tuntutan moral. Apabila terjadi pelanggaran nilai, superego
menghukum ego dengan menimbulkan rasa salah.
PT. Remaja
Rosdakarya.
Freud juga membagi perkembangan kepribadian (tahap
perkembangan psikoseksual) menjadi 5 tahap/stages..
Jadi seperti inilah teori Erikson dan Freud jika
saling dihubungkan..
Lalu, apakah sebenarnya pengertian dari kepribadian yang sehat
itu?
Banyak ahli psikologi percaya bahwa penelitian
tentang kepribadian yang sehat akan menjadi fokus utama psikologi. Disiplin lain manakah yang meneliti kondisi
manusia? Apakah ada sesuatu yang lebih kuat dalam mengubah dunia kea rah yang
baik atau sakit selain kepribadian manusia? Apakah yang lebih berpengaruh
terhadap hakikat kehidupan kita selain tingkat kesehatan psikologis yang kita
miliki untuk berhubungan dengan masalah-masalah kita?
Intinya,
konsep kepribadian yang sehat itu sangatlah penting! Isinya sulit, menantang
dan kompleks, penuh dengan hal-hal yang tidak diketahui serta
kebenaran-kebenaran yang tidak sepenuhnya, dan sudah pasti merupakan suatu mode
dan juga khayalan. Seperti yg telah kita ketahui, konsep itu menggambarkan topic
yang berusaha mencakup kepribadian manusia.
Ahli-ahli
lain mengemukakan bahwa orang-orang yang sehat memakai pandangan subjektif
mereka sendiri tentang kenyataan sebagai dasar untuk tingkah laku. Mungkin
tidak ada kepribadian yang sedemikian sehat, tidak ada petunjuk untuk kesehatan
psikologis yang berlaku sama untuk setiap orang. Kita bukan salinan atau cetakan
duplikat satu sama lain dalam neurosis kita atau dalam tingkah laku kita yang
lebih normal. Apa sebabnya kita harus dianggap sama dalam bentuk-bentuk
kesehatan psikologis kita. Apabila ada sesuatu yang tetap dalam kodrat manusia,
kebanyakan para ahli psikologi sependapat, maka hal itu adalah kodratnya yang
istimewa…atau khas kita masing-masing adalah unik. :)
SUMBER :
Schultz, Duane. 1991. “Psikologi
Pertumbuhan”. Yogyakarta: Kanisius.
Wong,
Donna L, dkk. 2002. “Buku Ajar
Keperawatan Pediatrik”. Jakarta: Kedokteran EGC.
Adisasmito, Wiku. 2010. “Sistem Kesehatan” Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Adisasmito, Wiku. 2010. “Sistem Kesehatan” Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
OFM, Yustinus Semiun. 2006 “Kesehatan
Mental: Pandangan Umum Mengenai Penyesuaian Diri dan Kesehatan Mental”. Yogyakarta:
Kanisius.
Nurcahyo, H , 2008. “ILMU KESEHATAN JILID 1 untuk SMK, Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional”
Sumadi Suryabrata, B.A., M.A., Eds, Ph.D. 2005 “Psikologi Pendidikan” Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Nana Syaodi Sukmadinata, Prof.Dr. 2004.
“Landasan Psikologi Proses Pendidikan”.
Bandung:
pertamax! hahaha
BalasHapuswaaaaaah.. lengkap dan jelas.. keren! :)
nice, apalagi dilengkapi gambar-gambar jadi orang lebih mudah paham dan ngerti.
BalasHapuswah,,,gokil...
BalasHapusmke gambar pula , , ,
sangat membantu...
;-)
kereeen, banyak gambar nya bikin ga bosen baca nya :)
BalasHapuskereeennnnn...
BalasHapus#chibi,chibi, chibi, yeyeyeyeyeyeye.... :D
detail ya,
BalasHapussip sip...bagus deh :)
ciiyeee keeceelah inii :)
BalasHapus