counter

Sabtu, 17 Maret 2012

KESEHATAN MENTAL: KONSEP SEHAT, SEJARAH SERTA TEORI KEPRIBADIAN YANG SEHAT


Jika kita perhatikan orang-orang dalam kehidupan sehari-hari, maka banyak hal yang kita lihat. Ada orang yg terlihat gembira, bahagia, dapat bergaul dengan sesama atau dengan anggota-anggota keluarganya walaupun ia menghadapi bermacam-macam kesulitan. Namun sebaliknya, ada juga orang-orang yang sering terlihat mengeluh dan mengalami banyak masalah hidup seperti gelisah, kecemasan kronis dan tidak dapat bergaul baik dengan sesama.
            Dan mungkin dari sintom-sintom yang berbeda itulah menyebabkan para psikolog dunia berusaha menyelidiki apakah yang menyebabkan tingkah laku berbeda-beda walaupun orang-orang berada di dalam posisi yang sama. Usaha ini merupakan wewenang dari salah satu cabang termuda psikologi, yaitu ilmu kesehatan mental (psikologi kesehatan mental). Dan sebelum lebih jauh lagi, ada baiknya kita mengetahui dulu apa sebenarnya makna dari ‘sehat’ itu sendiri…
            Sehat dalam definisi WHO (1957) adalah suatu keadaan sejahtera sempurna dari fisik, mental dan sosial yang tidak hanya terbatas pada terbebas dari penyakit dan kelemahan. Konsep sehat ini belum mengakomodasikan dimensi produktifitas dari kelompok umur yang berbeda seperti balita, remaja, dewasa dan usia lanjut. Dalam Ottawa Charter tahun 1986, disebutkan bahwa sehat itu bukanlah tujuan hidup, melainkan alat untuk dapat hidup produktif!
Dalam arti, bisa dikatakan konsep sehat adalah.. Konsep yang timbul dari diri kita sendiri secara sadar mengenai berbagai upaya untuk mendapatkan status sehat bagi tubuh kita.
Jadi, pemahaman konsep sehat ini juga dapat diartikan sebagai keseimbangan, keserasian, keharmonisan antara faktor pikiran (akal), jiwa (spiritual/mental) dan raga (fisik). Konsep sehat inilah yang akan menuntun kita pada pola atau tata laku sehari-hari yang sehat. Sehat disini memiliki 3 dimensi sesuai dengan definisi WHO (1984), yaitu sehat dalam arti fikiran, emosional dan spiritual !
Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran.
Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan emosinya,  misalnya takut, gembira, kuatir, sedih dan sebagainya.
Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu di luar alam fana ini, yakni Tuhan Yang Maha Kuasa. Misalnya sehat spiritual dapat dilihat dari praktik keagamaan seseorang. Dengan perkataan lain, sehat spiritual adalah keadaan dimana seseorang menjalankan ibadah dan semua aturan-aturan agama yang dianutnya.
Baiklah, kembali lagi pada kesehatan mental. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ilmu kesehatan mental adalah.. ilmu yang memperhatikan perawatan mental dan jiwa. Sama seperti ilmu pengetahuan yang lain, ilmu kesehatan mental mempunyai objek khusus untuk diteliti dan objek tersebut adalah manusia. Manusia dalam ilmu ini diteliti dari titik tolak keadaan atau kondisi mentalnya. Ilmu kesehatan mental merupakan terjemahan dari istilah mental hygiene !
Mental (Latin: mens, mentis) berarti JIWA, NYAWA, SUKMA, ROH, SEMANGAT. Sedangkan Hygiene (Yunani: hugiene) berarti ILMU TENTANG KESEHATAN.
Jadi, ilmu kesehatan mental adalah ilmu yang membicarakan kehidupan mental manusia dengan memandang manusia sebagai totalitas psikofisik yang kompleks.
Ilmu kesehatan mental ini sebenarnya sudah terkaji jelas dalam bidang psikologi abnormalitas.

Mungkin hari esok lain lagi ceritanya karena ilmu pengetahuan mungkin akhirnya akan menguasai persoalan-persoalan mental. Sesuatu yang paling sulit dari semua bidang untuk diteliti. Sebelum hari esok dan selagi hari ini masih berlangsung, marilah kita memperhatikan masa lampau mental manusia serta gangguannya. Retropeksi akan memberikan kita perspektif dan kerangka untuk memahami apa yang dihadapi sekarang dan kemungkinan-kemungkinan masa depan.
            Hanya perlu diketahui di sini bahwa sejarah yang tercatat melaporkan berbagai macam interpretasi mengenai penyakit mental dan cara-cara menguranginya atau menghilangkannya. Pada umumnya hal tersebut mencerminkan tingkat pengetahuan dan kecenderungan-kecenderungan religious, filosofis dan keyakinan-keyakinan serta kebiasaan-kebiasaan masyarakat jaman itu.
           
JAMAN PRASEJARAH…
Manusia purba sering mengalami gangguan-gangguan baik mental maupun fisik seperti infeksi, arthritis, penyakit pernapasan dan usus, serta arteriosklerosis (penyempitan pembuluh darah). Tetapi, manusia purba benar-benar berusaha mengatasi penyakit mental. Ia memandang dan merawatnya sama seperti halnya dengan penyakit fisik lainnya. Baginya gigi yang sakit dan seorang yang gila (yang berbicara tidak karuan) disebabkan oleh penyebab yang sama, yakni roh-roh jahat, halilintar atau mantera-mantera musuh. Jadi, untuk penyakit baik mental maupun fisik digunakan perawatan-perawatan seperti menggosok, menjilat, menhisap, memotong dan membalut. Atau juga menggunakan mantera, obat keras dan sihir atau cara-cara lain yang mungkin terpikirkan oleh kawan-kawannya, pemimpin-pemimpinnya atau ia sendiri. Tetapi sungguh menggembirakan karena para pasien sakit mentak diperlakukan secara manusiawi. Mereka tidak dibuang oleh masyarakat, dikurung dalam gua-gua, atau ditertawakan, dipukuli, atau juga dibunuh. Betapapun nenek moyang kita liat dan pengetahuannya kurang, namun dalam menangani penyakit mental mereka memakai cara-cara yang tidak kelihatan lagi pada masa-masa kemudian. Dalam perkembangan selanjutnya pada waktu sejarah mulai tercatat, walaupun ada beberapa pengecualian, peradaban-peradaban manusia ditandai dengan penganiayaan terhadap para pasien sakit mental, diperlakukan dengan kasar dan kejam serta mereka dipandang sebagai pengganggu masyarakat. Lagi pula, dewasa ini terkadang orang memperlakukan para pasien sakit mental tanpa belas kasihan dibandingkan dengan orang-orang jaman purba.

PERADABAN AWAL…
Dalam semua peradaban awal yang kita kenal Mesopotamia, Mesir, Yahudi, India, Cina dan Benua Amerika, imam-imam dan tukang-tukang sihir merawat orang-orang yang sakit mental. Di antara semua peradaban tersebut sepanjang jaman kuno (5000 SM sampai 500 M), penyakit mental mulai menjadi hal yang umum. Bersama dengan penderitaan-penderitaan lain, kekalutan-kekalutan mental menjadi kawan seperjalanan yang setia bagi manusia pada waktu ia bergerak menuju kehidupan yang terorganisasi.

            Dari seiring sejarah yang dilalui tersebut, maka berkembang pula beragam teori mengenai perkembangan kepribadian yang sehat dari beberapa penelitian perkembangan manusia yang merupakan objek utama dari kesehatan mental itu sendiri.
Teori perkembangan kepribadian yang paling banyak diterima adalah teori yang dikembangkan oleh Erikson (1963). Meskipun dibuat berdasarkan teori Freud, teorinya dikenal sebagai perkembangan psikososial dan menekankan pada kepribadian yang sehat, bertentangan dengan pendekatan patologik.
           

Dalam teorinya, Erikson juga menggunakan konsep-konsep biologis tentang periode kritis dan epigenesis, menjelaskan konflik atau masalah inti yang harus dikuasai individu selama periode kritis dalam perkembangan kepribadian. Keberhasilan pencapaian atau penguasaan terhadap setiap \konflik inti ini terbentuk berdasarkan keberhasilan pencapaian atau penguasaan inti sebelumnya.
Freud pun memiliki teori mengenai hal ini. Kepribadian yang sehat menurut Freud adalah jika individu bergerak menurut pola perkembangan yang ilmiah dan hasil dari belajar dalam mengatasi tekanan dan kecemasan. Kesehatan mental yang baik menurutnya adalah hasil dari keseimbangan antara kinerja super ego terhadap id dan ego.
Ø  Id.. yaitu aspek biologis adalah struktur paling mendasar dari kepribadian, seluruhnya tidak disadari dan bekerja menurut prinsip kesenangan, tujuannya pemenuhan kepuasan yang segera. Id berisikan hal hal dibawa sejak lahir, termasuk instink. Pedoman dalam berfungsinya das es ialah menghindarkan diri dari ketidak enakan dan mengejar keenakan (prinsip kenikmatan / prinsip keenakan).
Ø  Ego.. yaitu aspek psikologis. Berkembang dari id, struktur kepribadian yang mengontrol kesadaran dan mengambil keputusan atas perilaku manusia. Superego berkembang dari ego saat manusia mengerti nilai baik buruk dan moral.
Ø  Superego.. yaitu aspek sosiologis. Merefleksikan nilai-nilai sosial dan menyadarkan individu atas tuntutan moral. Apabila terjadi pelanggaran nilai, superego menghukum ego dengan menimbulkan rasa salah.

Freud juga membagi perkembangan kepribadian (tahap perkembangan psikoseksual) menjadi 5 tahap/stages..

Jadi seperti inilah teori Erikson dan Freud jika saling dihubungkan..

















Lalu, apakah sebenarnya pengertian dari kepribadian yang sehat itu?
Banyak ahli psikologi percaya bahwa penelitian tentang kepribadian yang sehat akan menjadi fokus utama psikologi. Disiplin lain manakah yang meneliti kondisi manusia? Apakah ada sesuatu yang lebih kuat dalam mengubah dunia kea rah yang baik atau sakit selain kepribadian manusia? Apakah yang lebih berpengaruh terhadap hakikat kehidupan kita selain tingkat kesehatan psikologis yang kita miliki untuk berhubungan dengan masalah-masalah kita?
            Intinya, konsep kepribadian yang sehat itu sangatlah penting! Isinya sulit, menantang dan kompleks, penuh dengan hal-hal yang tidak diketahui serta kebenaran-kebenaran yang tidak sepenuhnya, dan sudah pasti merupakan suatu mode dan juga khayalan. Seperti yg telah kita ketahui, konsep itu menggambarkan topic yang berusaha mencakup kepribadian manusia.
            Ahli-ahli lain mengemukakan bahwa orang-orang yang sehat memakai pandangan subjektif mereka sendiri tentang kenyataan sebagai dasar untuk tingkah laku. Mungkin tidak ada kepribadian yang sedemikian sehat, tidak ada petunjuk untuk kesehatan psikologis yang berlaku sama untuk setiap orang. Kita bukan salinan atau cetakan duplikat satu sama lain dalam neurosis kita atau dalam tingkah laku kita yang lebih normal. Apa sebabnya kita harus dianggap sama dalam bentuk-bentuk kesehatan psikologis kita. Apabila ada sesuatu yang tetap dalam kodrat manusia, kebanyakan para ahli psikologi sependapat, maka hal itu adalah kodratnya yang istimewa…atau khas kita masing-masing adalah unik. :)



SUMBER : 
 
Schultz, Duane. 1991. “Psikologi Pertumbuhan”. Yogyakarta: Kanisius. 

Wong, Donna L, dkk. 2002. “Buku Ajar Keperawatan Pediatrik”. Jakarta: Kedokteran EGC. 

Adisasmito, Wiku. 2010. “Sistem Kesehatan” Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
OFM, Yustinus Semiun. 2006 “Kesehatan Mental: Pandangan Umum Mengenai Penyesuaian Diri dan Kesehatan Mental”. Yogyakarta: Kanisius.

Nurcahyo, H , 2008. “ILMU KESEHATAN JILID 1 untuk SMK, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional”

Sumadi Suryabrata, B.A., M.A., Eds, Ph.D. 2005 “Psikologi Pendidikan” Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 

Nana Syaodi Sukmadinata, Prof.Dr. 2004. “Landasan Psikologi Proses Pendidikan”. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.

7 komentar:

  1. pertamax! hahaha
    waaaaaah.. lengkap dan jelas.. keren! :)

    BalasHapus
  2. nice, apalagi dilengkapi gambar-gambar jadi orang lebih mudah paham dan ngerti.

    BalasHapus
  3. wah,,,gokil...
    mke gambar pula , , ,
    sangat membantu...
    ;-)

    BalasHapus
  4. kereeen, banyak gambar nya bikin ga bosen baca nya :)

    BalasHapus
  5. kereeennnnn...
    #chibi,chibi, chibi, yeyeyeyeyeyeye.... :D

    BalasHapus
  6. detail ya,
    sip sip...bagus deh :)

    BalasHapus